Full width home advertisement

Travel the world

Climb the mountains

Post Page Advertisement [Top]

K.H. Abdurrahman atau yang dikenal masyarakat dengan sapaan 'Pak Uan' ini, Diantara pemikirannya yang berharga yang patut menjadi teladan buat kita semua adalah sebagai berikut :

1       1. Jika kita menbangun lembaga social, alangkah baiknya persiapkan unsure penunjangnnya, agar lembaga bias bertahan tanpa harus mencari dana kesana kesini. Hal ini Pa’Uan terapkan di lembaganya, seperti membangun kebun waqaf. Wakaf ini bernilai positif bagi kesinambungan lembaga. Salah satu factor dapat beroperasinya lembaga dengan baik tidak terlepas dari kebun wakaf itu. Kegunaannya antara lain, untuk pembelian buku-buku pelajaran yang kemudian diberikan kepada setiap santri secara gratis. Bahkan kadang-kadang dana itu digunakan untuk kepentingan social (Pengobatan untuk santri dan lainnya).

2       2. Pa’Uan sangat menghormati setiap suku bangsa, karena dia tidak memandang status sosial seseorang. Setidaknya inilah yang terlihat dari para sahabat-sahabatnya, ada Melayu, Banjar, Bugis, Minang, Nelayan/Laut (Duanu), pun India/Tambi. Yang terpenting baginya bagaiman bias hidup dengan semangat ukhuwah islamiyah secara universal. Itu menurutnya jauh lebih mulia ketimbang hanya menganggap suku tertentu saja untuk dijadikan sahabat/kawan. Karena ia berlandaskan ajaran islam yang meberi tuntunan, bahwa setiap muslim itu adalah saudara, tidak ada embel-embel lain dalam bergaul baginya.

3     3. Bila orang mencaci maki kita tentang apa yang kita kerjakan, jangan kita hadapi dengan emosi. Akan tetapi terimalah ‘kalimat pahit’ itu dengan kepala dingin dan perlihatkan kepada mereka bahwa apa yang kita kerajkan tidak seperti yang mereka duga. Bahwa setiap perbuatan baik tidak selalu mendapat respon positif dari masyarakat. Hal ini tergambar ketika membuat kolam air tempat berwudhu disebuah Masjid di Tanah Merah, sebagian masyarakat mengatakan bahwa kolam ini tidak akan bertahan lama, karena kondisi tanah disini labil. Namun Pa’Uan menanggapinya dengan diam dan tetap menyelesaikan pembuatan kolam (berbahan semen, batu dan pasir) bersama santri-santrinya. Setelah selesai ternyata tidak ada masalah, bahkan sampai detik ini.

    4. Pa’Uan paling tidak suka terhadap permainan yang berpotensi mengarah kepada judi. Ia sering menasehati santrinya “jangan main gumblahan (Bahasa Banjar) atau Lacak (Domino), main kartu dan lainnya”, karena hal itu awal terjerumusnya seseorang kelembah judi.

5       5. Pa’Uan mengajarkan kepada santrinya agar rajin menghafal, mengulangi pelajaran yang telah diajarkan. Karena orang yang telah hafal saja belum tentu paham, apalagi yang tidak menghafal.

6. Terkait dengan hal diatas, Pa’Uan juga mengajarkan bahwa hidup kita didunia ini tidak cukup hanya bermodalkan berdoa saja, tetapi harus diiringi dengan kerja keras (usaha/ikhtiar). Hal ini ia buktikan dengan berbagai usaha yang pernah ia lakukan (berdagang dan berkebun kelapa).

Sumber tulisan : A. Muthalib MA (Alumni Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sejarah UGM Yogyakarta)















Kolam/Bak air yang telah direnovasi (dikeramik)
(Kuala Enok, 16 Agustus 2014)

Note :
Potret ini diambil saat Admin dan beberapa orang sahabat berziarah kemakam tersebut beberapa waktu yang lalu. Perjalanan dengan menggunakan sepeda motor kelokasi makam sekitar 20 menit dari simpang tiga Masjid Al-Islah Kompleks Perumahan PT. Pulau Sambu Kuala Enok.


Untuk dapat terus menikmati LENSA KUALA TERAPUNG
'KLIK' iklan yang ada di Blogg ini atau 'DONASI' Anda di CONTACT




Bottom Ad [Post Page]